Langsung ke konten utama

DIRECT COSTING DAN FULL COSTING

DIRECT COSTING DAN FULL COSTING

1.        Direct Costing
            Direct costing adalah Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja atau yang secara langsung mempengaruhi volume produksi. Biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Direct costing juga sering disebut variabel costing atau marginal costing. Direct costing memfokuskan perhatian pada produk dan biaya yang secara langsung dapat ditelusuri ke perubahan dalam kegiatan produksi.
Variable costing adalah metode akuntansi manajemen yang dipakai untuk menghitung biaya produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh system variable costing memperlihatkan margin kontribusi barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam pengambilan keputusan. Variable costing kadangkala disebut juga direct costing (penentuan biaya pokok langsung) atau marginal costing (penentuan biaya pokok marginal). Dalam metode penentuan biaya pokok variable (variable costing), hanya biaya-biaya produksi variable saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan.
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanyamemperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksiyang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biayaoverhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik  bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu formatlaporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya- biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari :
Biaya bahan baku                                xx
Biaya tenaga kerja variable                 xx
Biaya overhead pabrik variable           xx   +
Harga pokok produk                           xx
Biaya produksi dianggap sebagai biaya periode yang dibebankan pada laba rugi periode terjadinya dan tidak diperlakukan sebagai biaya produksi. Variable costing memiliki 2 tujuan, yaitu untuk kepentingan internal dan eksternal. Pihak internal membutuhkan variable costing untuk keperluan perencanaan laba, menentukan harga jual produk, pengambilan keputusan dalam manajemen serta mengendalikan biaya. Sedangkan pihak eksternal membutuhkan variable costing untuk menentukan harga pokok persediaan dalam penentuan laba.
Ketika tingkat aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka biaya-biaya variable biasanya terdiri atas bahan baku langsung, berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik dan umumnya tidak dipengaruhi oleh inti produk yang diproduksi. Oleh karena itu dalam metode penentuan biaya pokok variable, biaya overhead pabrikasi tetap tidaklah diperlukan sebagai biaya produk.
Biaya Overhead Pabrikasi adalah semua biaya pengoperasian pabrik selain dari pada biaya-biaya bahan baku langsung dan biaya-biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrikasi meliputi tiga jenis biaya: bahan penolong, tenaga kerja tidak langsung, dan pabrikasi lain-lain. Biaya bahan penolong adalah biaya bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi namun bukan bagian integral dari produk jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya personalia yang tidak bekerja secara langsung atas produk, namun jasanya jasanya diperlukan untuk prose pabrikasi, contoh: karyawan bagian gudang, satpam pabrik, dan penyelia bagian produksi. Biaya pabrikasi lain-lain adalah biaya pabrikasi yang bukan bahan baku maupun tenaga kerja, contoh: pajak bumi dan bangunan, listrik, asuransi, beban penyusutan, dan lain-lain. Tidak astupun dari biaya overhead tadi dapat ditelusuri suatu produk tertentu, listrik yang menerangi pabrik sebagai seumpama, juga menerangi ruangan kerja yang tidak bersangkut paut dengan proses produksi, seperti toilet karyawan. Overhead pabrikasi disebut juga beban pabrik (factory burden) atau biaya produk tidak langsung atau indirect produk cost.
Biaya overhead pabrikasi tetap diperlukan sebagi biaya periode seperti halnya biaya penjualan dan administrasi, dan dibebankan seluruhnya terhadap pendapatan dalam periode tersebut. Metode ini menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan biaya satuan yang berubah secara berlawanan dengan volume produksi karena biaya overhead pabrikasi diperhitungkan sebagai biaya periode. Pendekatan variable costing tidak diperkenankan untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar. begitu banyak perusahaan yang memakai variable costing ini untuk tujuan internal (akuntansi manajemen) dan format full costing untuk tujuan eksternal.
Titik fokus diarahkan pada:
Ø  Manfaat internal, seperti: perencanaan laba, harga, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
Ø  Manfaat eksternal, seperti: pelaporan keuangan dan penentuan pendapatan.

            Metode variable costing adalah metode lain yang digunakan untuk mengkalkulasi harga pokok produksi selain menggunakan metode full costing. Dengan memisahkan informasi biaya sesuai dengan prilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode variable costing dapat menyajikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam menentukan perencanaan laba dan pengambilan keputusan dalam jangka pendek.
 
Karakteristik Direct Costing / Biaya Variabel
1.        Biaya overhead pabrik biaya tetap (fixed FOH) diperlakukan sebagai biaya periode dan bukan sebagai unsur biaya produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai beban pada periode terjadinya.
2.        Dalam kaitannya dengan produk yang belum terjual, tetap FOH tidak melekat pada persediaan, tapi langsung dianggap sebagai beban pada periode terjadinya.
3.        Penundaan memuat biaya membantu jika penundaan ini diharapkan dapat menghindari terjadinya tuduhan yang sama periode mendatang.

Manfaat Metode Direct Costing
            Laporan keuangan disusun berdasarkan metode direct costing berguna bagi manajemen untuk:
1.        Perencanaan laba jangka pendek
            Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen.
Laporan laba rugi menyajikan dua langkah penting: 
1.        Margin Kontribusi (Laba Kontribusi)
2.         Operating Leverage.
 
Contoh:
Penjualan: $ 1,000
biaya variabel: (600)
Kontribusinya Margin: 400
            biaya tetap: (300)
            Laba Usaha: $ 100
            % Kontribusi Margin = CM / Penjualan
                                                  = 400/1000
                                                  = 40%
Operating Leverage = CM / Pendapatan Operasional
                                                 = 400/100
                                                 = 4 x (empat kali)
Misalnya, rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga 12%. Maka dampak dari kenaikan ini pada keuntungan jangka pendek dapat ditentukan:
12% x 40% = 4,8%
laporan laba rugi memisahkan biaya tetap dan variabel yang memungkinkan manajemen untuk menganalisis hubungan biaya, volume dan laba.


2.        Pengendalian Biaya
            Biaya tetap dalam direct costing dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: Discretionary fixed cost dan Committed fixed cost.
            Biaya tetap Discretionary adalah biaya tetap yang berperilaku sebagai kebijakan manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikontrol oleh manajemen.
            Biaya tetap berkomitmen adalah biaya yang timbul dari kepemilikan pabrik, peralatan, dalam jangka pendek biaya ini tidak dapat dikontrol oleh manajemen.
3.        Pengambilan Keputusan
            Pihak manajemen dengan menggunakan metode direct costing dapat menentukan pengambilan keputusan misalnya dalam kasus pesanan khusus.
 
 
 


2.        Full Costing
            Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variable maupun tetap di bebankan kepada produk yang di hasilkan atas dasar tarif yant ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut LM Samryn, Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpamemperhatikan perilakunya.
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkanlaporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Baporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasiyang tersaji dalam laporan tersebut.
Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak  berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi.
            Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada:
1.        Perhitungan harga pokok produksi (COGS).
2.        Penyajian laporan laba rugi
Perhitungan COGS dengan metode full costing:
Direct Material      $             XXX
Direct Labor                         $             XXX
Fixed FOH                           $             XXX
Variable FOH                       $             XXX   +
       COGS                            $             XXX
           
Karakteristik penuh Metode Costing
1.        Pabrik biaya overhead baik variabel dan tetap, dibebankan ke produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, atau atas dasar biaya overhead yang sebenarnya.
2.        Perbedaan FOH akan timbul jika berbeda FOH dibebankan dengan FOH benar-benar terjadi. 
FOH budget> FOH actual = Over-applied.
FOH budget<FOH actual = Under-applied.
3.        Jika semua produk yang diproses pada periode belum dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses dan produk jadi).
4.        Metode ini akan menunda pengenaan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya untuk tanggal produk yang bersangkutan dijual.
 
Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing

Perbedaan antara  konsep Variable Costing dengan Full Costing tersebut terletak pada tujuan utamanya, yaitu konsep variabel costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan internal sedangkan konsep full costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan eksternal. Adanya kedua perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang selanjutnya mempengaruhi:
1.      Penentuan besarnya harga pokok produk dan besarnya harga pokok persediaan.
2.      Penggolongan dan penyajian di dalam laporan laba-rugi.

Pembahasan tentang perbedaan metode variable costing dengan metode full costing dapat ditinjau dari segi;


1.        Penentuan harga pokok produk
Pada metode full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu elemen harga pokok produk meliputi:
a.              BBB (raw material cost)
b.              BTKL (direct labor cost)
c.              BOP  variabel (variable FOH)
d.             BOP  tetap (fixed FOH)
Sedangkan pada metode variabel costing hanya memasukkan atau membebankan biaya produksi variabel  ke dalam harga pokok produk. Elemen harga pokok produk meliputi:
a.              BBB (raw material cost)
b.              BTKL (direct labor cost)
c.              BOP  variabel  (variable FOH)

Elemen biaya
Full costing
Variable costing
BBB(raw material cost)
BTKL(direct labor cost)
BOP variabel (variable FOH)
BOP tetap (fixed FOH)
Jumlah Harga Pokok Produk
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp. xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
_
Rp.xxx


2.      Penentuan harga pokok persediaan
Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost) kepada produk antara metode full costing dengan metode variable costing, mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full costing BOP tetap (fixed FOH) dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka sebagian BOP tetap (fixed FOH) masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode variable costing tidak membebankan BOP tetap (fixed FOH) ke dalam harga pokok produk, akan tetapi BOP tetap (fixed FOH) langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel atau BOP tetap (fixed FOH) tidak melekat pada harga pokok persediaan.

3.  Penyajian Laporan Laba-Rugi
Perbedaan di dalam  penyajian laporan laba-rugi antara metode full costing dengan variable costing dapat ditinjau dari segi:

a.      Penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi
Pada metode full costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.                  Biaya produksi, meliputi BBB (raw material cost), BTKL(direct labor cost) dan BOP tetap (fixed FOH) maupun BOP variabel (variable FOH).
2.                  Biaya non produksi atau biaya periode (period cost), meliputi semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung ke laporan laba-rugi periode terjadinya.

Pada metode variable costing, biaya digolongkan menjadi:
1.  Biaya variabel (variable cost), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsioanal sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke dalam:
-        Biaya variabel produksi, yaitu BBB, BTKL dan BOP variabel.
-     Biaya variabel non produksi, yaitu biaya pemasaran variabel (variable of marketing expense), biaya adminstrasi dan umum variabel (variable of general & administative expense), biaya finansial variabel (variable of financial expense).
2.  Biaya tetap (fixed costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada konsep variable costing disebut pula dengan biaya periode (period cost) atau disebut pula biaya kapasitas(capacity cost).

Pada dasarnya, perbedaan kedua metode tersebut terletak pada waktu (timing) perlakuan fixed overhead cost. Variable Costing, beranggapan bahwa fixed overhead cost harus segera dibebankan pada periode terja-dinya. Namun tidak demikan dengan absorption costing, fixed overhead cost harus dibebankan dan dikurangkan dari pendapatan untuk setiap unit yang terjual. Setiap unit produk yang tidak terjual (terdapat fixed overhead cost yang melekat pada unit produk) akan dilekatkan di persediaan dan akan dibawa ke periode berikutnya sebagai aset. Perubahan persediaan merupakan point kunci untuk memahami perbedaan kedua metode ini.

Dengan menggunakan Metode Full Costing,

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasatarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.

2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguhnya terjadi.

Dengan menggunakan Metode Variable Costing,

1. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.

2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

3. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.


Kelebihan dan Kelemahan Direct Costing & Full Costing
Metode variabel costing memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari metode ini adalah:
a.  Dapat digunakan sebagai pengendali biaya karena memberikan semua biaya tetap dalam satu kelompok tersendiri. Sehingga manajemen dapat fokus pada perilaku biaya tetap ini. Disamping itu variable costing juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan harga jual jangka pendek.Sementara itu kelemahan dari metode ini antara lain:
a. Pemisahan biaya menjadi biaya variabel dan tetap sulit dilakukan karena suatu biaya sangat jaranbenar-benar variabel atau benar-benar tetap.
b.     Metode ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi.
c.    Naik-turun laba dikaitkan dengan perubahan dalam penjualan.
d.    Karena biaya overhead pabrik dalam persediaan dan harga pokok persediaan tidak diperhitungkan, maka mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah. Hal ini akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk keperluan analisa keuangan.

Metode variabel costing adalah metode lain yang digunakan untuk mengkalkulasi harga pokok produksi selain menggunakan metode full costing. Dengan memisahkan informasi biaya sesuai dengan perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode variabel costing dapat menyajikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam menentukan perencanaan laba dan pengambilan keputusan dalam jangka pendek.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekonomi Manajerial

DEFINISI EKONOMI MANAJERIAL Ekonomi manajerial (managerial economics) yaitu aplikasi (penerapan) teori ekonomi dan perangkat analisis ilmu keputusan untuk membahas bagaimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan atau maksudnya dengan cara yang paling efisien. Ilmu ekonomi mikro terapan adalah bagian ilmu ekonomi yang menggunakan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari teori ekonomi untuk menjelaskan masalah-masalah yang dikumpulkan dalam ekonomi deskriptif. Dengan kata lain, ilmu ekonomi mikro terapan merupakan penerapan teori-teori ekonomi yang dalam praktek kehidupan masyarakat secara nyata, seperti penerapan ekonomi koperasi dan ekonomi perusahaan Tujuan ekonomi manajerial adalah untuk mendapatkan informasi-informasi bidang ekonomi, agar keputusan bisnis yg diambil oleh pimpinan perusahaan/organisasi tepat dan akurat di bawah kondisi ketidakpastian. Ilmu keputusan terdiri dari perangkat matematika ekonomi dan ekonometri (statistika) untuk membentuk dan mengestimas

Motivasi Kerja Karyawan

MOTIVASI KERJA KARYAWAN Motivasi dalam bekerja dapat berangsur-angsur turun di tengah tumpukan beban pekerjaan yang tinggi. Semangat kerja yang rendah akan berdampak pada  kinerja karyawan  yang semakin memburuk, produktivitas yang semakin menurun, dan pada akhirnya akan menghambat tercapainya target perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan peranan seorang pemimpin yang mampu memompa kembali semangat mereka. Beberapa  langkah yang bisa  dilakukan pemimpin untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan di perusahaan. 1. Memberikan reward bagi karyawan berprestasi Sebagai bentuk apresiasi kepada karyawan yang berprestasi, Anda dapat memberikan bonus atau insentif yang setimpal dengan prestasi yang diraih. Dengan memberikan penghargaan berupa bonus maka bisa meningkatkan kinerja serta motivasi karyawan. 2. Mempererat kekeluargaan sesama karyawan Hubungan kekeluargaan yang erat sesama karyawan akan membuat mereka merasa nyaman dan motivasi dalam bekerja dan loyalitas terhadap pe